Halaqah 13 – Syafa'at

Halaqah yang ke-13 dari Silsilah Ilmiyyah Belajar Tauhid adalah tentang Syafa’at.


Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A. Hafidzahullahu Ta'ala
Materi : Silsilah Ilmiyyah 1 - Belajar Tauhid

Halaqah 13 – Syafa'at

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ وَٱلصَّلَاةُ وَٱلسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ ٱللَّهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ

Halaqah yang ke-13 dari Silsilah Ilmiyyah Belajar Tauhid adalah tentang Syafa’at.

Syafa’at adalah meminta kebaikan bagi orang lain di dunia maupun di akhirat. Allah ﷻ dan Rasul-Nya telah mengabarkan kepada kita tentang adanya syafa’at pada hari kiamat. Di antara bentuknya adalah bahwasanya Allah ﷻ mengampuni seorang Muslim dengan perantara do’a orang yang telah Allah ﷻ izinkan untuk memberikan syafa’at.

Syafa’at akhirat ini harus kita imani dan kita berusaha untuk meraihnya. Dan modal utama untuk mendapatkan syafa’at akhirat adalah bertauhid dan bersihnya seseorang dari kesyirikan. Rasulullah ﷺ bersabda ketika beliau mengabarkan tentang bahwasanya beliau memiliki syafa’at pada hari kiamat, beliau mengatakan:

فَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ الله مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِي لا يُشْرِكُ بِالله شَيْئًا

“Syafa’at itu akan didapatkan insya’ Allah oleh setiap orang yang mati dari umatku yang tidak menyekutukan Allah sedikitpun.”
(Hadits Shahih Riwayat Muslim)

Merekalah orang-orang yang Allah ﷻ ridhai karena ketauhidan yang mereka miliki. Allâh ﷻ berfirman:

…وَلَا يَشْفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ارْتَضَىٰ…

“…Dan mereka (yaitu para nabi, para malaikat, dan juga yang lain) tidak memberikan syafa’at kecuali bagi orang-orang yang Allah ridhai….”
(QS. Al-Anbiyaa’: 28)

Syafa’at di akhirat ini berbeda dengan syafa’at di dunia. Karena seseorang pada hari kiamat tidak bisa memberikan syafa’at bagi orang lain kecuali setelah diizinkan oleh Allah ﷻ, sampai meskipun dia seorang nabi atau seorang malaikat sekalipun. Sebagaimana firman Allah ﷻ:

مَـن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦٓ

“Tidaklah ada yang memberikan syafa’at di sisi Allah ﷻ kecuali dengan izin-Nya.”
(QS. Al-Baqarah: 255)

Oleh karena itu, permintaan syafa’at hanya ditujukan kepada Allah ﷻ, Dzat yang memilikinya. Seperti seseorang mengatakan dalam do’anya, “Ya Allah, aku meminta syafa’at Nabi-Mu.” Ini adalah cara meminta syafa’at yang diperbolehkan.

Bukan dengan meminta langsung kepada Nabi Muhammad ﷺ seperti mengatakan, “Ya Rasulullah, berilah aku syafa’atmu.” Atau dengan cara menyerahkan sebagian ibadah kepada makhluk dengan maksud meraih syafa’atnya. Karena cara seperti ini adalah cara yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin zaman dahulu.

Allah ﷻ berfirman:

وَيَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُوْلُوْنَ هٰٓؤُلَاۤءِ شُفَعَاۤؤُنَا عِنْدَ اللّٰهِۗ قُلْ اَتُنَبِّـُٔوْنَ اللّٰهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِى السَّمٰوٰتِ وَلَا فِى الْاَرْضِۗ سُبْحٰنَهٗ وَتَعٰلٰى عَمَّا يُشْرِكُوْنَ

“Dan mereka menyembah kepada selain Allah, sesuatu yang tidak memudharati mereka dan tidak pula memberikan manfaat, & mereka berkata: ‘Mereka adalah pemberi syafa’at bagi kami di sisi Allah.’ Katakanlah: ‘Apakah kalian akan mengabarkan kepada Allah sesuatu yang Allah tidak ketahui di langit maupun di bumi?’. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan.”
(QS. Yunus: 18)

Itulah yang bisa kami sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ